Master Biola Itu Adalah Kerabat Kesultanan Negeri Serdang

Adalah Tengku Ryo, musisi yang terus menggali khasanah budaya nusantara khususnya budaya Melayu yang diaplikasikan kedalam permainan biolanya, ia mengembangkan teknik permainan biola dengan karakter Melayu Indonesia yang kuat, menciptakan komposisi yang unik dan memiliki jati diri kebangsaan yang selalu ia banggakan. Musisi yang satu ini tak pernah lepas dari kostum yang terbuat dari kain songket tradisional Melayu Indonesia disetiap penampilannya dimanapun dan hampir diseluruh event yang ia ikuti.

Tengku Ryo dalam setiap aksinya yang memukau

Musisi yang merupakan kerabat Kesultanan Negeri Serdang di Sumatera Utara ini memang dikelilingi oleh kehidupan yang berbudaya dan memahami sejarah bangsa, ia mengagumi para pemimpin kesultanan yang menoreh prestasi yang luar biasa, Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah (1879-1946) sebagai Sultan Serdang V mendapat Bintang Maha Putera atas jasanya membela rakyat dan pergerakan di Indonesia, Tuanku Luckman Sinar Basharshah II (2002-2011) Sultan Serdang VIII mendapat penghargaan sebagai Sejarawan Utama Negara, kemudian dari jalur keluarga ibunya ia memiliki seorang leluhur yang menjadi pahlawan nasional Indonesia yaitu Tengku Amir Hamzah pejuang penyair dari Kesultanan Langkat. Begitupula ia mengagumi tokoh bangsa lainnya seperti Bung Hatta, Buya Hamka, HOS Cokroaminoto, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Raja Ali Haji dan Sultan Hamid II (perancang lambang negara Garuda Pancasila), tokoh tokoh ini sangat menginsprasi baginya.

Pemain biola yang berdarah bangsawan Melayu ini selalu menciptakan komposisi yang didalamnya memiliki nilai filosofi dan sejarah sehingga beberapa karyanya dijadikan skripsi akhir oleh beberapa mahasiswa strata sarjana di Universitas Sumatra Utara, Universitas Nomensen dan Universitas Medan. Tengku Ryo tidak pernah menganggap musiknya hanya sebagai hiburan belaka namun sebagai media diplomasi untuk meninggikan harkat martabat masyarakat dan bangsanya di mata dunia. Merah Putih, Pancasila dan ke-Indonesian itu harus menjadi jiwa dalam diri para seniman dan budayawan di Nusantar menurutnya.

salah satu penampilan Tengku Ryo

Debut karyanya berjudul Sang Penyair (The Poetry) pertama kali dirilis melalui album kompilasi bersama 40 musisi manca negara yang merupakan project dari portal www.homerecording.com edisi ke-2 di produksi di Montana U.S.A pada tahun 2003, disusul dengan single berjudul Journey To Deli yang dirilis lewat album Indonesian Beauty – Viky Sianipar (track no 9) sebagai featuring artist pada tahun 2006. Album solo perdana Tengku Ryo berjudul ‘Kecik’ dirilis secara independen pada tahun 2009, album ini di produksi atas kerjasama dengan portal melayu online, kemudian disusul dengan album ke-2 berjudul ‘Spirit’ yang dirilis pada tahun 2011, di produksi oleh Label Unique Talent dan diedarkan oleh deMajor dan iTunes. Selain merekam komposisinya sendiri Tengku Ryo juga menjadi sesionis pada album artis lainnya seperti Bandanaira pada lagu Sersan Mayorku, Sahabat – Viky Sianipar pada lagu Sahabat, Asma ul Husna – Amy Search, dan banyak lagi.

Dengan biolanya Tengku Ryo telah tampil dibanyak event baik bersekala nasional maupun internasional, diantaranya Solo International Ethnic Music (SIEM), Hitam Putih World Music – Riau, International Java Jazz – Jakarta, ASEAN Jazz – Batam, Batam Jazz Fashion (Bajafash) – Batam, Jazzcrafaganza – Bandung, Medan Jazznation – Medan, Festival di Oriental – Italia, Langkawi One Earth – Malaysia, Asian Culture – Turkey, New York Couture Fashion Week – New York, SCTV Award, Final Mentor TV3 – Malaysia, Sriwana Anniversary – Singapore,dll.

Beberapa prestasi yang pernah didapat antara lain First Prize dan The Best Performer di Pan Pacific Fisherman Festival (CIOFF) – Zhou zhan City,China. Penghargaan ‘Tunak’ oleh Dewan Kesenian Dumai sebagai tokoh pembaharu musik Melayu, Best Male International Artiste Award di 7th CHT International Award 2016 – Kuala Lumpur, dan lain sebagainya.

Tengku Ryo juga berkolaborasi dengan banyak musisi dalam dan luar negeri, seperti Fariz RM,Maya Hasan, Rudy Oktaf, Viky Sianipar, Rieka Roeslan, Syaharani, Lewis Pragasam, Stu Mac Kawski, Siti Nurhaliza, Amy Search, Indro Hardjodikoro, Iwang Noorsaid, Steve Thornton, Valtinho Anastacia, Marco Alonso dan lain lain.

Dalam perjalanan musiknya, Tengku Ryo banyak memberi dukungan kepada komunitas musik di daerah seperti Komunitas Biola dan Seniman Medan, Komunitas Seni Taman Suropati – Jakarta, Samudera Ensemble – Kepri, Komunitas Biola Braga – Bandung, memberi workshop di Akademi Warisan Nusantara – Malaysia, Fakultas Etnomuskologi Universitas Sumatera Utara, Politeknik Batam.

Dalam bidang edukasi, ia mengenyam pendidikan S1 bidang ekonomi dan Bachelor Music of Education selain beberapa pendidikan yang bersifat non gelar dan non diploma, saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti jenjang pendidikan Master untuk bidang pendidikan musik di luar negeri.

Selain bermusik Tengku Ryo juga sempat berperan pada beberapa film layar lebar seperti Leher Angsa produksi Alenia Picture bersama Lukman Sardi,Agus Ringgo,Rifnu Wikana, Alexandra Gotardo dan disutradarai oleh Ari Sihasale, kemudian berperan pada film Melancholy Is A Movement besutan sutradara Richard Oh bersama Joko Anwar, Ario Bayu dan Aming.

Saat ini Tengku Ryo tengah melakukan kajian sejarah dan perkembangan musik di wilayah Sumatera Utara yang akan dituangkan dalam sebuah buku, ia juga sedang mempersiapkan beberapa komposisi biola dan piano untuk diproduksi dalam sebuah album berikutnya.

Hak Cipta Terpelihara. Silakan Bagikan melalui tautan artikel

Scroll to Top