Abdullah Bin Endong alias Yong Dolah merupakan seniman Bengkalis yang melegenda lewat cerita kedai kopinya yang mengocok perut. Ketika bercerita, Yong Dolah tidak menggunakan referensi atau bahan apapun, sehingga cerita yang disampaikannya terasa dekat dengan keseharian orang-orang Bengkalis waktu itu.
Sebagai seniman Melayu yang dikenal lewat cerita humor kedai kopinya, beliau begitu memperhatikan nilai-nilai intelektual yang bisa membangunkan semangat masyarakat. Sehingga cerita tidak hanya tinggal cerita, namun kesan dan nilai-nilai yang disampaikan diharapkan menjadi bahan atau literatur berkehidupan dan bercita-cita orang Melayu.
Atuk penulis, yang benama Abdul Gani bin Endong yang merupakan abang tiri dari Yong Dolah pernah bercerita bahwa Yong Dolah adalah orang yang begitu dicintai, baik di dalam kehidupan berkeluarga, maupun bermasyarakat.
Ketika Yong Dolah sudah bercerita, anak-anak di kampung Senggoro berkumpul mengelilingi beliau untuk sekadar mendengar ceritanya. Yong Dolah memiliki bakat teaterawan. Selain pandai bercerita penuh ekspresi, isi ceritanya yang dominan hiperbola itu tidak pernah gagal membuat pendengar dan penontonya tertawa terbahak-bahak.
Dewasa kini, beberapa ceritanya diterbitkan dalam beberapa buku. Namun tidak akan mampu selucu ketika Yong Dolah menuturkannya langsung. Hal ini di maklumi karena tidak adanya penekanan-penekanan intonasi, mimik serta jeda yang sesuai dengan kepiawaian beliau dalam bercerita.
Ketika banyak yang beranggapan bahwa cerita Yong Dolah adalah cerita omong kosong belaka tentu tidak tepat, walau isi ceritanya adalah cerita bohong. Hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahasa sastra. Dominasi gaya bahasa hiperbola yang bermunculan di ceritanya, terkadang menggunakan kata-kata yang tidak lazim.
Hal ini membuat pembaca dan pendengar bekerja keras dan menguras intelektual dan imajinasinya. Intelektualitas Yong Dolah tidak hanya melalui pendekatan filososi, akan tetapi juga dapat dianalisis melalui pendekatan secara matematis. Sebenarnya hal inilah yang membuktikan sastra Melayu memiliki gaya hiperbola yang luas dan dinamis.
Pendekatan filosofis dalam cerita Yong Dolah tentu sangat akrab sekali berjalan berdampingan dengan teori pendidikan. Pada dasarnya cerita Yong Dolah memiliki nilai-nilai yang mengarah pada tunjuk ajar, dan bagaimana orang Melayu hidup dalam lingkungan berpendidikan. Secara intelektual harus mampu menjadi bahan hidup yang membahagiakan dalam berkeluarga dan bermasyarakat. Sebut saja salah satu judul cerita Yong Dolah yang berjudul “Yong Dollah Bertinju Melawan Muhammad Ali”
Yong Dollah Bertinju Melawan Muhammad Ali
- Siapa yang tidak kenal Muhammad Ali? Petinju legendaris yang mempunyai gaya bertinju yang menawan itu? Selain memiliki gaya yang menawan, Muhammad Ali juga mempunyai tinju yang kuat, dan dengan kekuatan tinjunya itu, Muhammad Ali telah beberapa kali menjatuhkan lawan-lawannya. Tidaklah mengherankan apabila gelar juara tinju kelas dunia digenggamnya.
- Kehebatan Muhammad Ali ini membuat beberapa orang kuat di dunia ini mau mencoba menantangnya. Agar para penantangnya tidak kecewa, manejer Muhammad Ali menyusun urutan para penantang Muhammad Ali. Pada urutan pertama tercantumlah orang kuat dari Indonesia. Orang tersebut tak lain dan tidak bukan adalah Yong Dollah. Menurut kabar yang didengar, Yong Dollah memenangkan pertarungan tersebut, benarkah demikian? Untuk mendapat kepastiannya, ikuti wawancara dengan petinju yang dimaksud, yang kini sudah tua.
- Menurut kabar yang beredar, Yong pernah menantang Muhammad Ali bertinju?
- Tahu jugo engkau, ye? Padahal itu cerito lamo. Segan pulak rasonyo menceritokan, tapi tak apolah, karena cerito ini mungkin dapat menjadi pelajaran untuk miko-miko yang muda ni, sebab bagaimanapun geram kito pada orang, tapi apabilo mengingat orang lain itu samo agamo dengan kito, kalau perlu biolah kito yang mengalah.
- Apa yang menjadi penyebab Yong berminat untuk menantang Muhammad Ali?
- Ceritonyo begini. Setiap kali Muhammad Ali naik ring, dio selalu menang. Tak ado nampaknyo orang yang bisa mengalahkan budak tu. Kemudian, lamo-lamo, timbul keinginan Yong nak menguji kehebatan Muhammad Ali tu. Yong nak tengok, sehebat apo betul dio.
- Singkat cerito, Yong pun melayangkan surat pado manejer Muhammad Ali. Isi surat itu bunyinyo begini: Manejer Muhammad Ali yang terhormat, Sayo Yong Dollah dari Bengkalis, teringin betol nak menguji kehebatan Muhammad Ali. Jadi melalui surat ini sayo katokan bahwa sayo menantang kawan miko tu. Pagi-pagi Yong anto surat itu, tengah hari kiro-kiro pukul satu tibo balasan suratnyo.
- Cepat betul sampai surat balasannya, Yong?
- Cepat apo? Biasonyo surat pagi dikirim, kiro-kiro pukul lapan, pukul sepuluh sampai balasannyo.
- Dengan alat apo Yong kirim surat itu?
- Tak payah-payah do. Ado kapal terbang lewat, Yong panggil, dan Yong suruh pilot tu berikan ke alamat yang dituju, kalau tak mau, besok Yong pasang jaring, bio pesawat mereka tersangkut di jaring tu. Mungkin kareno takut dengan gertakan Yong, macam peluru pilot tu pegi…
- Apa isi surat balasan surat itu, Yong?
- Tak perlulah Yung ucapkan semuonyo ye. Kalau Yong ceritokan semuonyo takut tak ado waktu, sebab isi surat itu seribu satu halaman. Jadi memerlukan seminggu ndak mengabiskan membaconyo. Tapi inti surat itu menyatokan Yong lah yang berado di urutan pertamo sebagai penantang Muhammad Ali.
- Untuk mempersiapkan diri Yong berlatih siang malam. Sampai-sampai Yong tak tahu lagi mano siang, mano malam.
- Latihan Yong biaso sajo, tak berat do. Cubo miko bayangkan, batang diyan (durian) di samping rumah Yong tu, Yong jadikan tempat berlatih tinju sehinggo batang diyan tu sampai sekarang bentan. Tak bebuah-buah lagi. Kadang kesal pulak hati, kalau mengingat sedapnyo isi diyan tu. Isi diyan tu kuniing macam tembago, tapi apo nak dikato nasi dah jadi bubur.
- Karena asyiknyo latihan, tak teraso hari pertandingan tinggal satu hari. Yong pun berhenti latihan dan Yong suruh bini Yong untuk membuat lempok untuk sanak saudara di Amerika, di mano pertandingan itu dilangsungkan. Pado sebelah petang, Yong pun bertolaklah dari Bengkalis menuju Amerika menggunakan pompong. Pompong itu punyo orang Bengkalis jugo. Tengah malam Yong tibo di Amerika. Panitia mulonyo heboh karena Yong tak nampak batang hidung, tapi setelah melihat Yong baru mereka merasa tenang.
- Panitia pertandingan pun bertanyo mengapo Yong datang terlambat. Yong jawablah, bahwa di Bengkalis sekarang ni sedang musim diyan, jadi banyak orang yang pesan lempuk, sebab itulah Yong terlambat. Padahal kato-kato Yong tu acah-acah ajo. Mendengo jawab Yong tu, orang Amerika mintak lempok pulak, tapi Yong tak dapat memberikannyo.
- Tapi katanya istri Yong membuat lempuk?
- Rencananyo begitu, tapi ruponyo lempuk yang dibuat bini Yong tak jadi. Kareno diyan semuonyo mangko. Tak usah menceritokan hal lempuk-melempuk lagi, yang penting bagaiamano cara Yong menghadapi Muhammad Ali, betul tak?
- Betul tu, Yong…
- Setelah Yong dapat istirahat 4 jam, Yong pun naiklah ke atas ring. Bukan main bedebo hati Yong menegok beribu-ribu pasang mato yang mengarah ke Yong. Tapi untunglah Yong ingat pesan bini Yong. Bahwa untuk menghilangkan debo di depan orang banyak, kito harus mengingat bini kito. Sekejap tu wajah bini Yong mengelibat di depan Yong dan raso debo tadi pun hilang. Suaro sorak sorai pun tak dengo lagi.
- Dengan langkah yakin, Yong menaiki arena tinju itu. Yong pun kemudian dikenalkan oleh pembawa acara. Setelah yong dikenalkan Yong pun nampak orang berkulit hitam bertubuh besar berjalan menuju arena tinju. Hati Yong bedebo lagi, orang hitam itu pastilah Muhammad Ali.
- Dugaan Yong tak melenceng. Memang orang itu Muhammad Ali. Debo hati Yong bertambah kuat dan rasa takut pun datang. “Habislah aku kene lanyak Muhammad Ali,” ucap Yong dalam hati. Tapi tibo-tibo Yong punyo akal, dan Yong pun tak membuang waktu lagi. Mikropon di tangan pembawa acara Yong rampas, dan tanpa buang waktu lagi Yong berkato, “Mengingat Muhammad Ali ni se-aqidah dengan Yong, mako Yong Dollah dari Indonesia mengundurkan diri.”
- Mendengo kato-kato Yong tu, Muhammad Ali termenong. Sejurus setelah itu, dio mendekati Yong. Menengok Muhammad Ali mendekat, dalam hati Yong berbisik,
- “lebamlah aku…” Tapi tak disangko dan didugo Muhammad Ali memeluk Yong dan dio pun menangis. “Memang benar, Yong, kito samo kito tak perlu bertinju,” kato Muhammad Ali. Setelah itu Muhammad Ali memberikan sabuk tinjunyo pado Yong.
- Sekarang di mano sabuk tinju yang diberikan Muhammad Ali tu, Yong?
- Ado dekat dapur. Sabuk tinju itu dijadikan bini Yong untuk menepuk tilam…
(Cerita di atas sengaja penulis berikan nomor pada masing-masing paragraph untuk mempermudah penjelasan analisis dengan tidak mengubah isi cerita.)
Berdasarkan cerita di atas, dapat dijabarkan pesan yang hendak disampaikan Yong Dolah kepada pembacanya. Pesan yang bernilai tinggi tersebut antara lain:
- Pada paragraph ke 4 ini, Yong dolah sudah menjelaskan nilai karakter orang Melayu bahwa hidup harus terus menjaga persatuan dan kesatuan. Karena orang Melayu hidup dan berkehidupan berdasarkan Alquran dan Hadist sahih, maka hal ini sesuai sebagaimana tercantum dalam Al Quran surat Ali Imron Ayat 103 dan 105, yakni;
103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu. Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
105. dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah yang orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
Berdasarkan dua ayat dalam Alquran di atas membuktikan bahwa Yong Dolah paham benar dengan ajaran-ajaran agama yang mangajarkan manusia yang sesame muslim untuk hidup penuh persatuan dan kesatuan. Hal ini juga merupakan semboyan Negara Indonesia yakni, Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda, namun tetap satu jua.
- Yong Dolah hendak menyampaikan cara orang Melayu bekerja keras untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Hal ini tercermin pada paragraf ke 15 dan 16 pada cerita di atas.
- Orang melayu selalu mengedepankan rasa percaya diri yang tinggi dalam mengejar cita-citanya. Keberaniannya tidak hanya mengarungi maritim, namun jauh lebih dalam dari itu, yaitu rasa takut dan ketidak berdayaan. Hal ini tercermin dalam paragraf ke 21, ke 22, sampai paragraf ke 23. Di paragraf ini jugaYong Dolah juga dengan secara tersirat menitipkan pesan, bahwa orang Melayu adalah orang yang pantang menyerah dalam menghadapi keras kehidupan di dunia ini.
- Orang Melayu sangat paham menghormati dan mencintai istrinya sebagaimana yang pernah Rasulullah ajarkan. Seperti dalam hadist diriwayatkan bahwa “Siapakah wanita yang paling baik?” jawab beliau, “yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suaminya benci.” (HR. An-Nasai).
Hal ini tentu tercermin dalam paragraph 19 bagaimana usaha bini Yong Dolah membuatkan lempuk durian sebagai bekal bertanding di Amerika, walaupun pada akhirnya lempuknya tak jadi karena duriannya masih belum matang benar. Kemudian dilanjutkan pada paragraf 21 yakni dengan usaha Yong Dolah menghilangkan rasa takutnya dengan menjadikan istrinya obat penenang hatinya, pengusir rasa takutnya makin pekat..
- Orang Melayu selalu punya cara menyambung tali silahturahmi kepada siapapun. terkhusus sesuku dan seagama dengannya. Bukan terkait sara, karena secara umum nusantara ini, terutama kawasan Sumatera adalah basis dunia Melayu, sehingga penulis memperluas sesuku tadi dengan pengertian Melayu secara universal. Hal ini tergambar pada paragraf 23 s.d 27 bahwa silahturahmi bukan hanya terkait kunjung-mengunjungi, bukan hanya terkait ziarah-menziarahi. Akan tetapi silahturahmi juga berkaitan dengan membina rasa persaudaraan dari perbuatan sampai dengan ucapan yang lemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, saling memuliakan, dan hal-hal sejenis yang dilakukan dalam upaya membangun silahturahmi. Pada paragraf tersebut, Yong Dolah mencoba menjelaskan kepada orang Melayu, kemenangan tidak mesti berakhir dengan saling adu kuat dan hebat, tidak mesti ukuran kalah dan menang. Tetapi orang yang paling menang adalah orang yang mampu menjadikan lawan—teman yang paling dekat. Saling memberikan kebaikan. Mengalah tidak selalu kalah. Yang kalah adalah orang yang menciptakan huru-hara, perpecahan, dan memperluas permusuhan. Hal ini sama dasarnya dengan penjelasan nilai persatuan dan kesatuan yang telah dijelaskan pada poin pertama.
Dari lima penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa Yong Dolah memperlihatkan betapa tingginya sastra Melayu itu jika kaitannya dengan ajaran Islam. Paralel dengan hal itu, Yong Dolah memperlihatkan kualitas intelektualnya dalam memunculkan ide-ide dan kata-kata yang bernas, walau kesannya adalah fiktif belaka. Jika kita tarik ke belakang, cara bercerita Yong Dolah sama dengan gaya bercerita Abu Nawas. Apakah inspirasi itu muncul dari sana atau memang bawaan humoris dan intelektualitas yang melekat pada diri Yong Dolah. Masih banyak lagi cerita-cerita Yong Dolah yang menarik untuk kita simak,diantaranya: Yong Dolah Naik Haji, Yong Dolah Orang Riau Ikut Perang Teluk, Yong Dolah Jadi Kapten Kapal Pesiar, Yong Dolah dan Piala Dunia, dan lain-lain.
Yong Dolah adalah Legenda Masyarakat Bengkalis. Ia tidak pernah sedikitpun ketawa ketika menyampaikan cerita, namun hanya senyum-senyum kecil. Sedangkan penontonnya terpingkal-pingkal ketawa berurai airmata.Cara Yong Dolah menyampaikan nilai-nilai yang mengedukasikan masyarakatnya tentu berbeda. Namun tujuan yang diharapkan tetaplah sama, yakni demi kemajuan dan keberadaban orang Melayu dalam berkehidupan beragama, berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegaranya.
Yong Dolah adalah seniman Melayu yang pelan-pelan tenggelam dimakan waktu. Beberapa usaha dilakukan untuk melestarikan cerita Yong Dolah ini, dan beberapa berusaha menjadi dirinya. Mungkin dengan menciptakan seni bercerita “Tegak Borak”, adaptasi dari acara Stand Up Comedy bisa dijadikan senjata yang ampuh menghidupkan kembali bercerita ala Melayu yang memikat hati, menghibur diri, dan berkualitas dalam membangun intelektualitas diri, khususnya intelektualitas masyarakat Melayu yang mulai kerontang ini. Omong kosong tak selamanya berupa ceceran-ceceran sampah. Tanpa disadari omong kosong juga bisa menjelma menjadi emas.*** (JM)