oleh *Husnizar Hood
Sekali ini saya harus angkat topi dengan Nasir budak Melayu handal penulis hebat yang tiba-tiba bagai telah menyadarkan saya dari mimpi-mimpi indah yang selama ini yang saya alami. Dia memposting tulisan yang membuat saya terjaga seketika.
Itu cara kalau hendak mengucapkan terimakasih kepada seseorang, he he he..kita indahkanlah bahasa kita sedikit, kita anjunglah dirinya lebih tinggi dari diri kita ini dan kita rundukkanlah sedikit ilmu yang kita miliki, siapa tau kita mendapatkan apa disebut orang si ilmu padi. Ilmu orang Melayu yang santun dan baik budi, Betul tak?
Soal ilmu padi ini bukan karena Nasir itu dari Lingga dan di Lingga sekarang telah membentang sawah yang dulu bagai mimpi wujudnya tapi kini telah jadi kenyataan dan entah kenapa, soal sawah itu kalau direnung-renung ia lekas menjadi-jadi seperti sekarang ini bagai dibantu oleh “Orang Gunung” saja.
Upppss…ampun datuk nenek, bergurau saja, tanyalah kepada Nasir apa istilah “orang gunung” itu. Pastilah “Orang Bunian”, ia akan jawabnya.
Nasir itu seorang pembaca dan ia membaca banyak buku, saya tau itu. Bunyi posting Nasir yang saya baca itu begini, “Ramalan Napoleon berabad silam, biarkan Cina tertidur, kalau mereka terbangun mereka akan merengkuh dunia”.
Itulah kalimat gerun yang membuat saya terjaga seketika. Bagai melompat dari “sendekol” dan tegak langsung memasang kuda-kuda.
Ramalan itu ada meskipun kita tak boleh percaya, karena itu syirik namanya tapi kalau pada kenyataannya pada hari ini itu terjadi dan kita rasakan seperti sama seperti yang pernah diprediksi tentulah kita harus mengambil iktibarnya.
Ini bukan soal menebar kebencian tapi lebih kepada kita termotivasi bagaimana orang takut bila kita terjaga karena dengan kita terjaga kita akan mulai bekerja, berkarya dan itu jalan lebar meraih apa yang menjadi cita-cita:
Bukan meraihnya dalam tidur dalam mimpi-mimpi gelap dalam tafsir-tafsir bunga tidur itu untuk menjadi petunjuk jalan dan kita mendengar bisik penafsirnya mengikuti syarat-syaratnya dan pada akhirnya kita menjadi panik, “intelejen” hidup kita memberi data yang salah dan akhirnya kita salah kaprah.
Berapa banyak diantara kita yang percaya akan mimpi-mimpi, membeli buku tafsirnya sembunyi-sembunyi, membacanya diam-diam dan kemudian tersenyum karena sesuai dengan harapan kita dan marah karena jauh dari angan-angan.
Ada yang menulis dan itu bukan tulisan yang baru lahir hari ini, “Jika engkau ingin bermimpi segara tidur, jika engkau inginkan kenyataan segera bangun dan kejar mimpi-mimpimu”, itu adalah kata-kata bijak dan akanmenjadi tak bijak kalau ternyata kita yang menulisnya adalah pembuat kebijakan-kebijakan itu.
Apa artinya? Kitalah yang harus memberi jalan akan mimpi-mimpi mereka, mimpi akan cita-cita akan masa depan seisi negeri ini, bukan malah marah-marah, kenapa kita dibangunkan dari tidur dan putus mimpi kita. Matahari sudah naik tapi selimut masih kita tarik.*