Mari menyibak rahasia selera yang tidak terbantahkan oleh orang melayu, khususnya masyarakat Kabupaten Lingga dengan salah satu racikan resep lokalitasnya yang telah melegenda.
Tamban salai, adalah secarik nama yang bagi orang melayu mampu membuat cecap di mulut. Baru disebut namanya saja sudah terbayang tentang aroma khas ikan asap serta sensasi rasa yabg menjalar di lidah.
Tamban salai memang sangat popular di Kabupaten Lingga khususnya Dabo Singkep, bahkan daro kabar yang tersebar, di era kejayaan zaman timah, tamban salai khas Dabo itu sudah menjadi primadona hingga ke negara tetangga Singapura.

Dilihat sepintas, proses pembuatannya susah-susah gampang, sebab dibutuhkan tangan terampil serta ketepatan waktu dan kesabaran tinggi untuk mendapatkan tamban salai dengan tingkat kematangan yang pas dan sedap di lidah, jika tidak maka ikan yang hanya memiliki lebar yang tidak lebih dari seukuran 2 jari orang dewasa tersebut akan gosong atau mentah.
Ribuan ekor ikan tamban segar yang terperangkap di jaring nelayan itu ditusuk pada bagian mata dengan bilah bambu kecil dan panjang. Kemudian, disusun rapi pada ruangan sederhana yang dijadikan sebagai tempat eksekusi. Ruangan yang memiliki luas tidak lebih dari 5 meter tersebut dipadati dengan ratusan tusuk tamban siap untuk di salai (asap) dengan bahan pembakaran utama menggunakan sabut kelapa.
Iya… hanya di asap, bukan di bakar atau dipanggang. Asap dengan kandungan karbondioksida yang dihasilkan oleh bara sabut kelapa itulah yang merubah tekstur ikan tamban menjadi kuning kecoklatan dengan kondisi daging kering siap santap. Kurang lebih waktu yang dibutuhkan dalam proses tersebut berdurasi 6 hingga 8 jam tanpa jeda.
Pasca pengasapan inilah, tamban salai seperti memiliki pesona tersendiri di lidah masyarakat, seperti kupu-kupu yang meranggas dari sarung kepompong, seperti itu jugalah daya pikat tamban salai khas Dabosingkep ini.

Dalam penyajiannya, terbagi juga menjadi beberapa golongan, yakni dari yang paling simple hingga sedikit ruwet. Untun golongan pertama, tamban salai cukup dipadukan dengan sambal terasi segar dan beberapa potongan timun muda sebagai lalapan. Tidak lupa nasi panas adalah pasangan yang pas untuk menggugah perut agar menjalani ritual santap tamban salai ini hingga 2 kali tambah.
Cara makannya juga tidak susah, sisik tamban yang sudah berubah warna itu mirip seperti kemasan pelindung pada produk coklat dengan mudah dibuka, dan daging salai sudah siap untuk disantap.
Sementara untuk golongan kedua, tamban salai sudah dikreasikan dengan bumbu dan racikan lainnya, seperti masakan tamban salai goreng asam, yaitu ikan tamban salai kupas yang dimasak dengan cara digoreng dengan cabai merah segar yang ditumbuk halus berikut bumbu pelengkap lainnya seperti bawang putih, garam gula dan remasan air asam jawa.
Untuk masak singgang serani / pindang, tamban salai telah berubah menjadi menu masakan berkuah, warna kuning kuah singgang yang dihasilkan dari kunyit tersebut sudah cukup membuat liur di mulut menjadi cair, ditambah aroma khas tumisan rempah dan serai yang kembali menguatkan selera makan
Sementara, bagi yang hobi pedas, tamban salai masak gulai merupakan menu yang cocok untuk dicoba, sebab tekstur daging asap yang khas tersebut kembali menjadi lembut dipadukan dengan kuah gulai ektra cabai sudah cukup membuat siapapun yang menyantapnya berkeringat. Tentunya minuman yang menjadi pasangan yang pas untuk sajian kreasi tamban salai ini tidak perlu dibuat repot, air putih dingin adalah pelengkap sempurna dalam menemani setiap suapan yang dikunyah.
Dibalik segala keistimewaan tamban salai serta pesona selera yang diciptakannya, ada sisi kelemahan yang dimiliki oleh daging asap fenomenal ini, daya tahan adalah persoalan yang harus di hadapi. Sebab daya tahan tamban salai diluar pendingin hanya mampu bertahan maksimal 2×24 jam, sementara dengan pendingin mampu awet hingga sepekan lamanya, tentu saja tetap berbeda teksturnya jika dibandibgkan dengan sajian yang masih segar beberapa jam keluar dari kandang pengasapan. ***