Boria yang Jenaka

SEINGATAN lamat-lamat, dalam satu dekade terakhir tidak ada pertunjukan Boria di Tanjungpinang. Sampai kemudian Sanggar Budaya Warisan Penyengat menggaet bocah-bocah sekitar, melatih mereka memainkan Boria.

Dikutip dari situs budaya Malaysia, Boria adalah sejenis teater yang amat populer di negeri utara Malaysia, utamanya di Pulau Pinang. Dalam versi lain, dijelaskan bahwa Boria berasal dari masyarakat India Selata yang banyak bermukim di Pulau Pinang (Penang), Malaysia. Kemudian Boria sampai ke wilayah Riau pada masa pemerintahan Sultan Abdul Rahman Muazamsyah. Lebih rinci lagi, konon Boria ini dibawa serdadu Sepahi ke Penang dari Resimen ke-21 pada tahun 1885.

Perkataan Boria berasal dari bahasa Hindustan yang berarti tikar. Tikar yang dimaksudkan di sini adalah tikar yang digunakan sebagai alas sembahyang. Namun, tidak didapat kejelasan kaitan antara boria yang berarti tikar dengan Boria yang merupaan kesenian pertunjukan ini.

Kejenakaan yang ditampilkan Boria pada helatan Bintan Arts Festival 2015. (F/Fatih Muftih)

Pada kegiatan Festival Penyengat Syawal Serantau, Juli 2017 lalu, Boria turut dipentaskan. Ada 12 anak yang berpakaian serba ungu bermain lakon. Ada yang berperan sebagai kapten dengan aksesori berapa teropong dan peluit. Walau berbadan kecil, setiap perintah dari kapten harus didengar oleh pelakon lainnya.

Tidak seserius pertunjukan macam Bangsawan, Boria yang kini dimainkan anak-anak Penyengat ini justru menawarkan kejenakaan. Jika Anda pernah menyaksikannya secara langsung pentas Boria yang dibawakan Sanggar Budaya Warisan Penyengat, tentu tidak akan pernah mampu menahan tawa ketika tiba di bagian akhir.

Yakni, ketika kapten ditinggal dan seorang pelakon cilik harus dibopong keluar dari pentas karena terlalu lama menutup mata sampai lupa irama musik yang dinyanyikan.***

Hak Cipta Terpelihara. Silakan Bagikan melalui tautan artikel

Scroll to Top