BUKAN James Cook, orang Eropa yang menemukan Australia ketika pendaratan pertamanya pada 1788 silam. Melainkan pelaut muslim Melayu-Bugis yang pertama kali menjejakkan kaki di benua kanguru itu.
“Mereka datang ke Australia tidak untuk menetap atau menjajah,” kata Dr. Teuku Chalidin Yacob MA, JP, penulis buku Muslim Melayu Penemu Australia sebagaimana dikutip mirajnews, pada acara bedah buku di Aula Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Senin (15/5) lalu.
Di hadapan seratusan mahasiswa IAIN Langsa Chalidin menjelaskan, pelaut Melayu-Bugis sudah datang ke Australia pada abad ke-16. Seperti yang ditegaskannya berulang-ulang, bahwasanya para pelaut kita ini tidak mengemban misi invansi atau penjajahan.
“Melainkan dalam misi perdagangan mencari teripang,” kata penulis yang juga Ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Australia ini.
Lebih lanjut Chalidin mengatakan, dalam proses pencarian teripang yang dijadikan sebagai obat, dibutuhkan waktu yang lama bisa sampai berbulan–bulan.
“Pada masa inilah terjadi pernikahan antara pelaut (Muslim-Melayu) dengan suku Aborogin,” kata anggota Dewan Imam Nasional Australia (ANIC) yang sudah tinggal di Australia selama lebih dari dua dekade ini.
Rencananya, buku Muslim Melayu Penemu Australia: Potret Muslim Indonesia di Benua Kanguru ini merupakan kumpulan dari karya ilmiah yang dipertahankan penulis dalam bidang pendidikan dan pemikiran Islam untuk meraih doktor di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia pada 2009 lalu juga akan diterbitkan dalam bahasa Inggris.
Chalidin berani menyimpulkan sedemikian bukannya tanpa bukti. “Saya temukan kuburan muslim yang telah berusia ribuan tahun. Ada tulisan Arab pada nisannya. Ini salah satu bukti,” sebutnya.
Kuliah umum dan Bedah Buku IAIN Langsa ini adalah salah satu dari rangkaian safari diskusi dan bedah buku “Muslim Melayu Penemu Australia” yang digelar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Makassar, Mataram, Sukabumi, Padang, dan Banda Aceh, dari 3-20 Mei 2017. (jm)