Kitab Kumpulan Ringkas – Berbetulan Lekas (Cermin Bagi Penguasa Yang Dikemas Secara Sastrawi)

Dalam sejarah Kepulauan Riau, nama Raja Ali Kelana berkelindan dengan dengan Pulau Batam dan Kerajaan Riau-Lingga. Beliau lah yang “tapak historis” industri di Pulau Batam melalui pabrik batu bata Batam Brickworks dan Kelana Kerajaan Riau-Lingga yang gigih menentang kolonialisme Belanda.

            Lebih dari itu, Raja Ali Kelana sesungguhnya adalah seorang intelektual melalui beberapa karyanya dalam bidang bahasa, hukum, dan pemerintahan. Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas adalah salah satu mutiara intelektual yang diwariskannya.

***

Karya Raja Ali Kelana

Judul lengkap kitab ini terkesan puitis: Inilah Kitab Yang Bernama Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas Pada Orang Yang Pantas Dengan Pikiran Yang Lantas (Selanjutnya disebut Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas).

    Nama batang tubuh penulisnya adalah Raja Ali. Jabatannya dalam pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga adalah Kelana (calon Yang Dipertuan Muda)  yang menjalankan kerja-kerja ayahandanya, Raja Muhammad Yusuf, yang ketika itu menjadi Yang Dipertuan Muda Riau X. Namun demikian, Raja Ali bekas Kelana ini tak pernah menyandang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau karena ia  megundurkan diri dari jabatan Kelana sebelum ayahandanya wafat pada tahun 1899 dan jabatan Yang Diertuan Muda Riau itu dihapuskan oleh Sultan Abdulrahman Muazamsyah setelah pendantanganan Kontrak Politik dengan Belanda tahun 1905..

Karena jabatan Kelana yang disandangnya itu, dalam sejarahnya, ia lebih dikenal sebagai Raja Ali Kelana. Akan tetapi, ia juga populer dengan beberapa nama alias seperti: Raja Ali bin Muhammad Yusuf, Raja Ali Ahmadi,  Raja Ali Bukit (sempena tempat ia bermastautin di Bukit Bahjah, Pulau Penyengat).

Setelah hijrah dari Pulau Penyengat ke Johor menyusul pemakzulan Sultan Riau-Lingga pada tahun 1911, orang Johor dan Singapuran menyapanya dengan  nama Raja Ali Riau dan Engku Ali Riau. Sebaliknya, karena telah menetap dan kemudian wafat di Johor pada tahun 1927 penduduk Pulau  Penyengat dan kawasan sekitarnya mengenalnya sebagai Engku Ali Johor.

Permintaan Raja Khalid Hitam

Kitab Kumpulan Ringkas-Berbertulan Lekas adalah sebuah karya yang istimewa. Di dalamnya terdapat silsilah raja-raja Riau-Lingga dengan dihiasi berbagai nasehat serta panduan pemerintahan untuk raja-raja yang memerintah.

Walaupun karya ini banyak memaparkan silsilah raja-raja Riau-Lingga, menurut Jelani Harun (2002) corak penulisannya memenuhi syarat untuk disebut karya ketatanegaraan, karena pengarangnya cenderung memasukkan unsur-unsur panduan pemerintahan dan cerita nasihat untuk raja-raja.

            Seperti dinyatakan oleh Raja Ali Klana, Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas ini ditutulis atas permintaan Raja Khalid Hitam, yang ketika itu menjabat Bendata Kiri Kerajaan Riau-Lingga: “…Maka diperbuat kumpulan ini atas jalan yang ringkas supaya dapat mengetahui lekas, ialah dengan permintaan saudra yang ‘ijabanah ‘Ali Mukhtam Paduka Khalid Hitam”.

Tarikh kitab ini mulai dikarang tidak dinyatakan. Namun yang pasti, Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas iniditulis pada masa pemerintahan Sultan Abdul Rhaman Muazamsyah (1885-1911) yang juga adalah saudara se-ayah Raja Ali Kelana. Tentang hal ini, Raja Ali Klana menjelaskannya sebagai berikut: “ Dan Sultan Abdul Rahman Mu’azamsyah kerajaan Lingga-Riau yang ada masa memperbuat kumpulan ini. Keturunan pihak ayahnya daripada Daeng Celak yang telah tersebut dan berputrakan Raja Haji, dan berputrakan Raja Ja’afar, dan beputerakan Raja Ali, dan berputerakan Raja Muhammad Yusuf, dan berputerakan Raja Abdul Rahman ( sultan yang ada sekarang ).”

Kitab Kumpulan Ringkas dicetak oleh Mathba’ah al-Imam di Singapura, pada tarikh 1328 AH bersamaan dengan 1910 CE. Ian Proudfoof dalam Early Malay Printed Books (1992) mencatat 3 eksemplaar buku ini dapat ditemukan dalam simpanan:  National Library of Singapore dengan No. Katalog MR 297.6 ALI (Q11.4/29) atau microform NL 7925;  Perpustakaan SOAS London dengan No. Katalog  L.IBA800 430093; dan Perpustakaan University Malaya Malaysia Katalog No. BL167 A1Abbmt.

Cermin Bagi Penguasa

Isi Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas terdiri dari dua puluh tiga Ringkasan yang dibagi kedalam seratus enam puluh buah bagian yang disebut  Penceraian. Dalam setiap Ringkasan, Raja Ali Kelana menulis tema tertentu yang kemudian diuraikan pada beberapa bagian lebih kecil dalam Penceraian.

Pada bagian awal setiap Ringkasan, Raja Ali Kelana membuat penjelasn ringkas tentang isi Ringkasan yang disandingkannya dengan pembanding-pembanding secara puitis. Hal ini menarik, karena ianya memperlihatkan kemampuan Raja Ali Kelana menyampaikan pikiran-pikirannya tentang manusia pemerintahan ‘secara sastrawi’.

Secara ringkas, struktur Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas dapat dibagi dalam lima bagian uraian. Bagian pertama, meliputi ringkasan yang pertama hingga ringkasan yang kesembilan, berisikan persoalan sifat dan budi pekerti manusia. Pada bagian ini Raja Ali Kelana menekankan sifat yang seharusnya menjadi pengangan hidup manusia. Diantaranya adalah sifat setia, berilmu, berakal, benar, dan jujur.

Kesempurnaan sifat manusia ini, menurut Raja Ali Kelana dapat diibaratkan sebagai kesempurnaan sebuah kerajaan (pemerintahan): “Bermula adalah kerajaan itu dapat dibandingkan dengan seorang manusia yang akil baliq, merdeheka, sejahtera, daripada penyakit yang memberi mudarat pada tubuhnya, dan ini lah jua (yang) dinamakan ilmu safra”.

            Bahkan, lebih jauh, Raja Ali Kelana telah membuat perlambang yang unik tentang fungsi-fungsi anggota tubuh manusia yang dianalogikannya sebagai sebuah struktur pemerintah kerajaan Riau-Lingga sebagai berikut: Hati = 1 raja; Anak Kepala = 1 Istana; Ilmu = 1 Bentara Kanan; Akal = 1 Bentara Kiri; Mata, telinga, hidung, mulut = 4 Menteri Dalam; Dua tangan kaki = 4 Menteri Luar; Anak-anak jari = 20 segala Amir; Ruasan-ruasan jari = 48 Juru, Batin, Penghulu, Ketua; Tulang, urat, kulit, daging = rakyat, saksi, balatentara lainnya.

Bagian kedua, dari kitab ini memaparkan sejarah ringkas dan salsilah raja-raja Melayu dan Bugis di Kerejaan Riau-Lingga. Bagian ini dicantumkan pada ringkasan yang kesepuluh hingga ringkasan yang keempat belas. Dalam bagian ini, Raja Ali Kelana mencatat dengan ringkas kait-kelindan sejarah Raja Bugis dan Raja Melayu di  Kerajaan Riau-Lingga, yang diawali dengan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ( 1722 – 1760 ) hingga Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, yang mangkat pada tahun 1899.

Masa pemerinthan setiap sultan dicatat lengkap dengan tarikh ringkas  kemangkatan masing-masingnya. Dalam bagian ini, Raja Ali Kelana juga mencatatkan secara ringkas asal-usul dan susur galur antara raja Bugis  dan Melayu.

Bagian yang ketiga, berisikan perhimpunan beberapa buah hikayat yang kaya dengan nasehat, yang dicantumkan dalam ringkasan yang kelima belas hingga keduapuluh tujuh. Pada bagian ini, Raja Ali Kelana menulis sejumlah cerita tentang raja yang adil, menteri yang bijaksana, yang terkenal dalam sejarah dunia Islam  dan Alam Melayu. Upamanya, ia menukilkan kisah Anusyirwarman (Nursyirwan yang Adil) dan Iskandar Zulkarnain, serta petikan kata-kata bijak Aristotles, Iskandar Zulkarnain, dan Buzur Jamhur. Dalam konteks kesusastaraan, cerita tauladan seperti ini adalah bahagian yang sangat penting dalam karya ini, dan perlu diberi perhatian khusus apabila ada yang tertarik untuk meneliti lebih jau kaitan antara unsur cerita nasehat dengan masalah pemerintahan Negara dalam tata pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu di masa silam..

Cerita-cerita nasehat tersebut dikemas dan dimaksukkan oleh Raja Ali Kelana kedalam Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas ini sempena memberi teladan kepada raja-raja Riau-Lingga  dengan maksud agar sebuah pemerintahan yang baik menurut  tradisi adab pemerintahan raja-raja Islam dapar berjalan sebegaimana mestinya.

Sementara itu, bagian keempat Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas membicarakan dua tema kecil tentang adab dalam berkata-kata dan menjaga kesehatan anggota tubuh. Pembahasan tentang hal ini tercakup dalam ringkasan yang kedua puluh lapan hingga ringkasan yang kedua puluh sembilan. Pada bagian ini, Raja Ali Kelana menasehati raja yang memerintah dan pemimpin negara agar selalu menjaga adab dalam bertutur kata.

Seorang Raja atau pemimpin harus selalu berkata benar, berilmu, mengakui kesalahan, tidak mengabaikan orang lain, bersopan santun, bersikap lemah lembut, dan mengelakkan perdebatan yang sia-sia. Menurut Raja Ali Kelna, semua ini penting bagi seorang raja: mereka harus selalu memelihara tutur kata, tidak menghina, dan tidak bersikap kasar terhadap rakyatnya.

Pada bagian yang menguraikan masalah memelihara kesehatan badan, Raja Ali Kelana menekankan pentingnya menjaga makanan, minuman dan pakaian. Beliau juga menasehati raja yang memerintah agar selalu  berpuasa, dan menjaga waktu tidur.

Aspek kesehatan badan ini sangat penting bagi raja-raja, dalam menjalankan pemerintahan sebuah negara. Isi Kitab Kumpulan Ringkas diakhiri dengan bagian kelima yang berisikan dua buah syair nasihat yang dikemas dalam ringkasan yang ketiga puluh dan ringkasan yang ketiga puluh satu.

Seperti lazimnya karya-karya klasik tentang ketatanegaraan Melayu,  Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas juga menekankan idealisme keadilan raja-raja. Oleh karena itulah, terdapat banyak kutipan yang menghimbau agar raja-raja Melayu melaksanakan pemerintahan dengan adil, dan menjauhkan sifat zalim.

Melalui kitab ini, Raja Ali Kelana sebenarnya ingin mengatakan bahwa Raja yang adil akan membawa negara kepada kemakmuran; sebaliknya raja yang zalim akan membawa negara kepada kehancuran: karena itu pula Kitab Kumpulan Ringkas-Berbetulan Lekas karya Raja Ali Kelana ini dijulukinya juga sebagai Miror for the Ruller atau  cermin bagi penguasa.***

Hak Cipta Terpelihara. Silakan Bagikan melalui tautan artikel

Scroll to Top