Oleh : Adi Pranadipa**
Pelataran Masjid di Kampung Tanjungriau, Batam, Sabtu Petang, 28 Oktober 2017 tarikh miladiah itu cukup ramai warga berkerumun. Apa pasal? ternyata sedang berlangsung gladi bersih untuk helat khusus malam harinya di tempat yang sama pula. Tanjungriau menjadi tempat perhelatan Milad Dendang Anak Alam Melayu Nusantara yang pertama mencakup Dendang Anak Kepulauan Riau .
Dendang Anak Kepulauan Riau yang disebut Dendang Anak Kelana Jaya ini mencakup Dendang Anak Pulau Penyengat, Tanjungriau dan Tanjung Teritip (Tanjung Uma). Setahun berlalu sudah setelah Dendang Anak Kelana Jaya pertama kali ditubuhkan di Pulau Penyengat pada tahun 2016 lalu. Tengku Fahmi, zuriat dari Tengku Bilik pulau Penyengat didaulat menjadi ketua.
Dendang Anak aslinya adalah Kumpulan Seni sekaligus Duta Kebudayaan Terengganu yang berasal dari sebuah negeri/provinsi kecil di Semenanjung Malaysia, Terengganu Darul Iman. Berdiri di bawah Payung Persatuan Kebudayaan dan Muzik Melayu Nusantara. Hingga kini Dendang Anak sudah pula memiliki cawangan di tiap-tiap ceruk negeri melayu untuk kembali eratkan Jalinan Silahturahim Negeri melayu serumpun dengan jalan budaya.
Nama “Dendang Anak” diambil daripada sebuah kisah yang ada tercatat pada Riwayat Sejarah Awal Melayu atau Sulalatus Salatin dimana mereka inilah antara kumpulan yang ada bersama angkatan rombongan Sultan Melaka yang diutuskan pergi meminang Puteri Gunung Ledang bersama orang-orang Indragiri.
“….Maka sembah Laksamana dan Sang Setia. ” Baiklah Tuanku ” .
Maka Tun Mamad dititahkan berjalan dahulu membawa
orang Inderagiri akan menebas jalan, kerana
Tun Mamad Penghulu orang Inderagiri.
Maka Laksamana dan Sang Setia pun pergilah
sama-sama dengan Tun Mamad. Berapa hari lama dijalan,
maka sampailah ke kaki Gunung Ledang.
Maka Laksamana, Sang Setia dan Tun Mamad
dengan segala orang sertanya itupun naiklah ke
Gunung Ledang, Dendang Anak namanya Benua Membawa Jalan,
itupun terlalu sukar angin pun bertiup terlalu keras,
baharu kira-kira bertengah gunung ……..“
Petikan dari Sulalatus Salatin karya Tun Seri Lanang ,Halaman 213
Sejarah Melayu Terbitan Dewan Bahasa & Pustaka Malaysia
Hal ini menandakan bahwa Dendang Anak bukanlah sebuah kumpulan kesenian yang sekadar hiburan semata-mata, namun membawa pesan dari sejarah agar kembali kita berpikir serta belajar menghargainya semula.
Pendiri sekaligus pemimpin Dendang Anak ini bernama Encik Zulkiflie bin Ismail yang akrab disapa “Abang Ku” oleh orang-orang Riau. Mayoritas lagu-lagu yang didedangkan oleh Dendang Anak ini ditulis sendiri oleh Abang Ku.
Larik-larik lagu Dendang Anak bernuansa puisi, sajak , gurindam , nazam , seloka dan syair yang khasnya berbahasa Melayu dan kebanyakan berkisah tentang Sejarah Melayu yang diilhamkan dari kitab atau buku Sulalatus Salatin, Hikayat Raja Pasai, Bustanul Salatin atau Taman Para Raja , Hikayat Merong Mahawangsa , Hikayat Hang Tuah hingga kisah Kesultanan Melaka.
Ba’da Isya’, masyarakat Kampung Tanjungriau semakin ramai memadati pelataran Masjid Tanjungriau. Tercatat ada Sekitar 80 orang penampil persembahan yang menjayakan Helat Milad Dendang Anak Alam Melayu Nusantara yang pertama ini. Semua Lelaki berbaju melayu lengkap dengan Tanjak dan Kain sampin, lalu yang perempuan berbaju kurung.
Perhelatan di Kampung pesisir Pulau Nong Isa ini terbilang istimewa, sebab yang tampil malam itu adalah Dendang Anak Alam Melayu Nusantara. Disebut Dendang Anak Alam Melayu Nusantara ini karena diisi oleh beberapa gabungan Dendang anak yang tersebar di Sumatera, seperti Pelalawan, Pekanbaru, Dumai, Pulau Batam (Tanjung Uma dan Tanjung Riau), Pulau Penyengat, serta Semenanjung Malaysia
Istimewanya lagi diantara penyanyi dalam helat malam itu, dijemput khas Penyanyi lagu Melayu dari Medan, Eva Gusmala, dara lulusan Etnomusikologi USU yang sering mengisi program melayu di TVRI Sumut dan terlibat dalam Gerakan #boemiputra di medan sebagai upaya pelestarian budaya melayu.
Helat bertajuk “Jejak Dendang Anak menghimpun, Budaya Melayu Serumpun” ini diawali dengan Dengan Pembacaan Surat Alquran Al-Hujurat ayat 13 yang kemudian disambung dengan Surah Ar-rahman ayat 33 dengan tilawahnya. Kemudian dibacakanlah petikan dari Sulalatus Salatin mengenai Negeri Samudra. Shalawat Dzalimin Daf’ul balak mengalun dengan khidmat dengan maksud memuji Rasulullah SAW dan menolak bala supaya helat berlangsung lancar tanpa gangguan. Gong tanda transisi acara pembuka pun berbunyi, disusul bunyi serunai yang membuat siapapun yang mendengar berdiri bulu romanya.
Lagu “Sekapur Sirih” mengalun. Enam dara yang berasal dari Penyengat, Pelalawan, Pekanbaru menari mengikuti rentak lagu diikuti puluhan penari dibelakangnya yang terdiri dari Dendang anak Tanjungriau dan dendang Anak Semenanjung Malaysia. Warna Vokal Eva Gusmala yang sepintas hampir mirip dengan Siti Nurhaliza membuat lagu ini merasuk jiwa.

Lima orang dara kemudian maju kehadapan pada tetamu, mengambil sirih dari tepak yang dibawa oleh Leny, penari asal Sanggar Panglima Dendang Anak Pelalawan untuk dipersembahkan kepada tetamu undangan yang hadir di kursi kehormatan.
Dalam setiap penampilan dendang anak, selalu dibacakan isi dari prasasti Batu Bersurat Terengganu yang bertarikh 4 Rajab bertepatan dengan 702 Hijriah atau 1303 masehi, yang ditemukan tahun 1887 di Kuala Berang, Terengganu.
Yang kemudian dilanjutkan dengan penampilan Lagu “Usul Bangsa” dengan vokal yang merdu dari Kanda Hasnol, vokalis Dendang Anak. Dendang bernuansa etnik nusantara ini larik-lariknya memiliki lirik yang berkait-kelindan dengan Teks Batu Bersurat Terengganu dan juga bercerita tentang tokoh-tokoh dalam linimasa sejarah melayu seperti Sang Nila Utama, Parameswara, Wan Empok Wan Malini, hingga Demang Lebar Daun.
Gong berbunyi kembali. Serunai berkumandang. Pemuda-pemuda di Barisan hadapan mundur ke tengah untuk menampilkan silat yang diiringi Lagu “Janji Malam Keramat”. Deru seruling mengalun cepat. Sebuah penampilan silat dari pesilat cilik asal Pulau Penyengat, Dilal Afandisyah, dengan silat bertajuk Lela Pesembah menjadi sorotan perhatian khalayak. Usai Dilal, pesilat gabungan dari Semenanjung juga tak kalah menawan dalam menampilkan gerakan-gerakan elok Seni Beladiri warisan Melayu Nusantara.

Setelah pertunjukan silat yang menawan, pemuda-pemuda barisan pesilat mundur ke belakang ditandai pukulan Gong. Barisan Penari asal penyengat maju perlahan ke hadapan para tetamu. Lagu bertajuk “Tepi Pantai” mengalun.
Penari-penari asal Dendang Anak Pulau Penyengat kali ini mempersembahkan gerak gemulai Zapin yang berjudul sama. Sederetan penampilan yang memukau penonton yang memadati pelataran masjid Tanjungriau tidak berhenti sampai disitu.

Diiringi Dendang lagu “Malam Seribu Darjat”, ditampilkan tari dari Sanggar Panglima Pelalawan bertajuk “Olat Boso” dengan koreografi oleh Raja Alfirafindra. Alunan lagu yang rancak dan larik yang mendalam ditambah koreografi yang menawan dengan Tampi sebagai properti membuat khalayak ramai terkesima.
Ribuan pasang mata terpaku pada Pelataran Kampung Tanjungriau, enggan beranjak. Tepuk tangan gemuruh membahana usai penampilan Tari Olat Boso ini.
Pemukul Gong Dendang Anak, Ahmad Nadhir Abdul Razak atau yang lebih dikenal dengan MC Nadhir tak hanya piawai mengawal ritme lagu lagu Dendang Anak melalui pukulan Gongnya sahaja, Berjoget pun ia piawai.
Lagu “Bunga Idaman” dengan irama joget pun mengalun. Leny dan Vera, penari asal Sanggar Panglima pelalawan dengan lincah berjoget bersama Mc Nadir dan salah seorang pesilat dari semenanjung yang tampil di awal tadi.
Segmen Penampilan ini betul-betul pecah ketika para penari ikut menyertai mereka berjoget bersama. Seketika panggung yang sejajar dengan penonton itu riuh rendah. Para penari yang jumlahnya ramai ini membentuk lingkaran. Tetamu undangan pun kuasa menahan diri untuk ikut berjoget dalam lingkaran penari-penari Dendang Anak.

Abang Ku dalam Elu-eluannya mengucapkan terima kasih kepada sekalian hadirin yang telah sudi hadir di Majlis Milad Dendang Anak Alam Melayu Nusantara di Tanjungriau. Beliau mengatakan perkembangan Dendang Anak sudah cukup maju karena sudah berdiri di berbagai provinsi di semenanjung malaysia seperti Terengganu, perak, kedah, dan Selangor.
“Kita mungkin terpisah dari sudut politik, sudut negara, tapi hakikatnya kita adalah satu rumpun melayu. Dan tak akan dapat diputuskan. Usaha dendang anak adalah menyatukan rumpun melayu agar melayu tak hilang di dunia” ujar Abang Ku.
Usai elu-eluan, kini giliran Dendang Anak dari semenanjung Malaysia tampil dengan Tari dan rangkaian lagu Marhaban Perak. Usai mereka tampil, kembali Dendang Anak Alam Melayu Nusantara mempersembahkan lagu diiringi tari yang sudah dikenal di negeri-negeri Melayu, Ulek Mayang. Sebuah Lagu asli Terengganu yang lariknya menggunakan bahasa melayu Terengganu.
Secara ringkasnya menurut laman blog Dendang Anak, Ulek Mayang itu adalah sebuah lagu yang pada menceritakan pembentukan diri sebagai seorang Wanita. Karena itu disebut Putri berulangkali. Berbaju serong itu lemah dirinya-jalannya hemah hingga tahu marwah yang wajar dibela, Bersanggul sendeng itu lembut dirinya-tak perlu meninggi diri, Bersubang gading itu Sopan dirinya-tak terlalu mudah menghukum dan melihat kiri atau kanan karena takut kena gading itu, Berkain sendeng itu Santun dirinya-tidak berjalan laju atau terlalu perlahan adalah karena kain dipakainya adalah untuk membatasi langkahnya.
Bait-bait penutup lagu yang berupa mantra yang berbunyi “yang laut disuruh balik ke laut, yang darat disuruh balik ke darat, nasi berwarna dipersembahkan” menandai tamatnya persembahan Ulek Mayang.
Sebelum penampilan kemuncak, Dendang Anak Semenanjung yang terdiri dari Dendang Anak Perak & Dendang Anak Indera Bangsawan Selangor tampil lagi dengan tari Zapin Pecah Dua belas dengan iringan Lagu Syair Munajat.

Dendang bertajuk “Melayu Sejati” menjadi kemuncak yang manis Helat Milad Dendang Anak Alam Melayu Nusantara. Duet vokal Eva Gusmala dan Kanda Hasnol yang berkarakter mampu menghantarkan pesan tersirat lagu ini.
“Melayu sejati mengagung Ilahi
Melayu sejati murni di hati
Melayu sejati dirinya mengabdi
Menjunjung Duli demi Ilahi”~ Melayu Sejati
Lagu Melayu Sejati semakin memperkuat pesan yang disampaikan melalui tajuk acara “Jejak Dendang Anak Menghimpun, Budaya Melayu Serumpun”. Helat selama dua jam itu pun berakhir dengan manis dan tentu menimbulkan kerinduan bagi pendukung acara karena mereka akan kembali esoknya ke daerah masing-masing.
Gegap gempita perhelatan ini semakin sempurna dengan hadirnya Ketua Lembaga Adat Melayu Batam yang juga anggota DPR RI, Datuk Setia Amanah Drs. Nyat Kadir.
Bahkan Datok Nyat berpesan kepada Abang Ku, perintis Dendang Anak untuk mendirikan Dendang Anak di Daik Lingga yang merupakan kampung halaman Datok Nyat Kadir. Permintaan ini langsung disambut oleh Abang Ku yang kemudian merencanakan Insya Allah sekitar Januari nanti Dendang Anak akan ditubuhkan di Lingga, Bunda Tanah Melayu. ***