Ditakdirkan Datang dan Kembali ke Tanjungpinang
Mengenal SM Amin, Gubernur Pertama Riau ketika Beribukota di Tanjungpinang
GUBERNURAN membangkitkan kenang-kenangan manis ke masa lampau. Begitu SM Amin menulis dalam buku Perjalanan Hidupku Selama Sepuluh Windu (1987). Yang dimaksudkan gubernuran tak lain dan tak bukan adalah Gedung Daerah Tanjungpinang, yang masih berdiri gagah hari ini.
Maklum saja jikalau SM Amin menulis semacam itu. Pasalnya, penugasannya per 5 Maret 1958 sebagai Gubernur Riau kala itu, membawanya dan keluarga ke sebuah gedung yang sering dikunjunginya semasa menjadi siswa di Europeesche Lagere School (ELS) di Tanjungpinang.
Pada 1918, Muhammad Taif, ayah SM Amin, ditugaskan sebagai Opziener der Inlandsche Volksschoolen. SM Amin pun ikut pindah ke sana dan didaftarkan di sebagai siswa kelas VI di sekolah orang Eropa yang kini dikenal sebagai SD Ketapang itu. Kata dia, “saya diterima sebagai murid ELS di Tanjungpinang tanpa kesulitan sesuatu apa pun.” Ya benar saja, karena ELS memang diperuntukkan bagi orang Belanda dan para pejabatnya.
Gedung Daerah menjadi berkesan bukan karena sekadar kantor gubernur yang kemudian didiaminya. Melainkan karena semasa duduk di ELS itulah SM Amin berulang kali ke sana. Lantaran setiap murid ELS pada setiap peringatan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina diwajibkan mendatangi rumah Residen untuk menyanyikan lagu-lagu, misalnya Wien Neerlandsch Blood dor de aderan Vloeit.
“Pada pertengahan 1919 saya meningggalkan Tanjungpinang,” tulis SM Amin, “dan ternyata kemudian Allah SWT menentukan saya kembali pada tahun 1958, yakni 39 tahun kemudian, sebagai petugas negara Republik Indonesia, yaitu sebagai Gubernur/Kepala Daerah Riau yang pertama di alam Indonesia Merdeka.”
Budayawan Melayu, Rida K Liamsi adalah saksi mata ketika SM Amin dilantik sebagai gubernur pertama Provinsi Riau di Gedung Daerah kala itu. Menurut Rida, sudah semestinya 5 Maret 1958 itu dijadikan sebagai momentum sejarah yang dikenang sampai hari ini.
“Karena pada tanggal itu, Tanjungpinang menjadi ibukota provinsi Riau yang pertama ditandai dengan pelantikan gubernur Riau yang pertama pula,” kata Datuk Rida, pada sebuah sesi diskusi.
Sementara itu dua hari sebelumnya, dalam seingatan Rida, pada 3 Maret 1958 itu sudah terjadi kehebohan di Tanjungpinang lantaran kedatangan Sekretaris Menteri Dalam Negeri saat itu, Mr Sumarman di Tanjungpinang. “Mereka datang dari Jakarta dengan kapal Jadayat bersama calon gubernurnya,” kenang Rida.***