Oleh Hendri Anak Rahman
KETIKAÂ bicara tentang budaya Melayu di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), maka kita tidak akan bisa lepas dari memperbincangkan Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu, dan Kepri sebagai Jantung Melayu. Jika Kepri itu diibaratkan manusia, maka Bunda Tanah Melayu itu adalah tubuh, sementara Jantung Melayu adalah ruhnya.
Dalam ilmu kedokteran, jantung berfungsi sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Detak jantung menjadi penentu dari kelangsungan hidup. Jika alat deteksi jantungnya tidak menunjukkan grafik naik turun, itu artinya, tubuh tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Ketampanan atau kecantikan menjadi tak berarti, karena ia hanya seonggok tubuh yang telah berubah menjadi mayat.
Dalam bahasa Arab, jantung disebut Qalbu. Letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri. Jantung inilah yang oleh Rasulullah Muhammad SAW katakan, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka seluruh anggota tubuh akan baik, jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh anggota tubuh menjadi rusak. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah qalbu.
Dalam literature tentang kajian tasawuf, qalbu mendapat tempat yang sangat istimewa. Bahkan latihan-latihan seorang salik adalah, bagaimana mengasah dan menghidupkan qalbu, sehingga selalu tersambung kepada dzat yang Maha Hidup, Pengatur dan Pelindung. Karena qalbu berbicara tentang kebenaran yang universal, kebenaran yang tidak terjangkau oleh panca indra bahkan juga pikiran sekali pun.
Ibnu Arabi menyebut , paling tidak ada tiga sumber kebenaran yang diberikan manusia atas sebuah objek. Pertama, melalui pikiran yang terletak di kepala, yakni melihat sesuatu secara ilmiah dan dapat dibuktikan secara empiris. Kedua, melalui qolbu yang terletak di dada, yakni memahami segala sesuatu tidak saja secara kasat mata dan bisa dibuktikan secara ilmiah, tetapi jauh dari itu, dapat membenarkan sesuatu yang tidak bisa dicerna oleh panca indra. Ketiga, dilihat melalui nafsu yang berpusat di perut.
Ini bermakna, bahwa kebenaran yang dibawa oleh qalbu, yang bentuk fisiknya adalah jantung, adalah kebenaran yang universal, yang kebenaran itu tidak bisa dijangkau oleh panca indra atau tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Dengan qalbu inilah, kita mengakui, Allah SWT sebagai dzat yang kita sembah. Karena keimanan bicara tentang kepercayaan, tentang keyakinan.
Dari sini, dapat kita pahami, bahwa bicara tentang jantung atau qalbu, maka kita bicara tentang yang dzohir dan yang bathin. Yang tampak dan yang tidak tampak. Bicara tentang fisik dan non fisik. Artinya, membicarakan Kepulauan Riau sebagai negeri puak Melayu, tidak bisa terlepas dari, bagaimana ia menjadi Bunda Tanah Melayu, sekaligus juga membicarakan Kepri sebagai Jantung Melayu.
Memperbincangkan Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu, akan teraktualisasikan kepada bentuk fisik pembangunan yang dilakukan Pemerintah Provinsi bersama stakeholder lainnya. Sementara, ketika perbincangannya sudah masuk ke ranah Jantung Melayu, maka wujudnya adalah nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Baik ditinjau dari sesi sejarah dan adat resamnya. Inilah yang memberi makna pada pembangunan fisik itu. Sehingga ungkapan, tak kan melayu hilang di bumi, dapat terwujud dengan sempurna.
Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu sudah masuk dalam visi misi Gubernur dalam mengayomi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Namun, wujudnya, belum tampak, karena masih berbentuk fisik. Belum ada ruh kebudayaan Melayu itu di dalamnya. Ia masih bermain pada slogan atau masih setakat ungkapan saja.
Meniupkan ruh kembudayaan inilah yang coba digagas budayawan/sastrawan Datuk Rida K Liamsi bersama sastrawan Hoesnizar Hood dengan menghadirkan sebuah portal informasi dan direktori tentang dunia Melayu serantau. Gagasan inilah kemudian melahirkan www.jantungmelayu.co, yang berada dibawah naungan Yayasan Jembia Emas dengan nakhoda sastrawan Ramon Damora.
Inilah jantung, inilah inti atau ruh kebudayaan itu. Tanpa informasi adan direktori yang merupakan hasil dari kajian berbagai disiplin ilmu, maka budaya yang ada hanya akan menjadi sebuah kenangan, tanpa bernilai apa-apa. Ia tak ubah seperti tubuh yang tak punya nyawa. Walau dioles pakai formalin, namun tetap tak berfungsi. Ia akan menjadi sekedar pajangan untuk ditonton. Padahal, kita ingin yang hidup, yang bermakna yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Makanya, siapa saja yang ingin menjadi peneraju negeri ini, harus tahu dan paham dengan budaya Melayu. Itu artinya, harus masuk ke dalam www.jantungmelayu.co. Karena, disitulah ruh ke-melayu-an itu ditiupkan. Jantung sebagai pusat informasi dan direktori, menjadi sumbu menebar terang, menjadi pelita digelap malam.
Artinya apa, pembangunan yang dilakukan di Kepulauan Riau ini harus sebati dengan adat resam dan budaya Melayu. Sebab, Melayu, sebagai sebuah kebudayaan seiring segerak dengan laju beradaban. Ia tidak menjadi penghambat pembangunan. Bahkan sebaliknya, ia menjadi ruh dari pembangunan itu sendiri, karena setiap pembangunan yang dilakukan, akan sarat dengan nilai-nilai atau norma-norma yang dianut dalam masyarakat Melayu. Yang membentuk peradaban berkeadaban.
Ini juga akan dapat menepis pertanyaan selalu muncul dikalangan pemerhati kebudayaan tentang, apa yang dimiliki Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu, selain hanya cerita sejarah dari zaman ke zaman? Tidak heran kemudian, pada sebuah kunjungannya semasa ia hidup, almarhuma Nurul F Huda, merasa kecewa ketika ia datang ke salah satu pusat sejarah Melayu. Dari tahun ke tahun tidak menemukan sesuatu yang berarti, kecuali hanya benda-benda mati.
Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu, harus betul-betul bisa memposisikan dirinya sebagai bunda, sebagai ibu, sebagai sebuah pusat peradaban itu sendiri. Dan ini bisa terwujud, ketika bunda itu diberi ruang untuk menunjukkan jati dirinya. Caranya, dengan meniupkan ruh ke Jantung Melayu, ke portal www.jantungmelayu.co. Dari jantung inilah, ruh kemelayuan itu akan terpancar. Sehingga suplay darah ke seluruh organ tubuh dapat berjalan dengan baik, yang pada akhirnya, seluruh sel-sel tubuh dapat berfungsi dengan sempurna.
Artinya, harus ada kebijakan ril dari peneraju negeri ini, untuk menempatkan pembangunan kebudayaan sebagai bagian yang penting. Ini dibuktikan dengan memberikan anggaran yang cukup kepada pihak-pihak yang bersebati untuk memajukan Kepri dalam kemasan budaya. Ini akan menjadi nutrisi yang baik kepada jantung, sehingga detaknya akan tetap stabil dalam mengawal Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu.
Ketika kesadaran akan kebudayaannya sudah terbangun, maka pembangunan apa saja yang hendak dilakukan akan sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Siapa saja yang ingin bersebati dengan Provinsi Kepulauan Riau ini, ia harus mengenal dulu budaya Melayu secara utuh.
Manusia baru disebut manusia, ketika ruh bertemu dengan tubuh. Ketika ruh sudah berpisah dari tubuh, maka kata manusia yang melekat padanya berubah sebutan menjadi mayat. Disinilah pentingnya keberadaan www.jantungmelayu.co. Jika jantungmelayu itu baik, maka Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu juga akan baik. Begitu juga sebaliknya.
Didalam bunda tanah melayu ada jantung melayu. Jika jantung melayu itu eksis, maka bunda tanah melayu akan terwujud. Namun kita jantung melayu tutup, maka bunda tanah melayu juga akan terseok-seok. Itulah www.jantungmelayu.co. Wallahu’alam.